SOLO – Teka-teki siapa yang akan terpilih sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta periode 2025–2029 akhirnya terjawab. Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, S.E., M.Hum sebagai rektor terpilih.
Penetapan Harun sebagai
Rektor UMS didasarkan pada Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor
168/KEP/I.0/D/2025 tentang Pengangkatan Rektor Universitas Muhammadiyah
Surakarta Masa Jabatan empat tahun ke depan. Keputusan ini mulai berlaku sejak
24 April 2025 hingga 23 April 2029.
Sebagai bagian dari
formasi kepemimpinan baru di UMS, Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga menetapkan
Prof. Dr. Apt. Muhammad Da’i, M.Si., sebagai Wakil Rektor UMS masa jabatan
2025–2029. Penugasan Prof Dai berdasarkan Surat Keputusan Nomor
199/KEP/I.0/D/2025, Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Dalam pernyataannya, Prof Harun
menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya atas kepercayaan yang diberikan oleh Persyarikatan
Muhammadiyah.
“Sebagaimana diamanahkan
dari pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah kepada saya, sebagai Rektor UMS.
Pertama-tama saya mengucapkan alhamdulillah dan terima kasih kepada
Persyarikatan, para pendiri UMS, seluruh pimpinan UMS sejak awal berdiri, serta
sivitas akademika UMS, pemerintah, dan masyarakat luas yang telah memberikan
kontribusi luar biasa bagi kemajuan UMS hingga menjadi salah satu universitas
terbaik di negeri ini,” ujar Harun Joko Prayitno melalui siaran pers Humas UMS,
Senin (21/4/2025).
Wakil Rektor UMS periode 2021-2025
ini mengatakan, transformasi bukan semata-mata mengubah, melainkan sebuah
proses melanjutkan, mengembangkan, memodifikasi, mengadaptasi, serta
mengakselerasi capaian-capaian yang sudah dimiliki UMS.
“Transformasi itu bukan
berarti mengubah total, melainkan menyempurnakan yang sudah jalan, memodifikasi
yang ada, dan mengadaptasi dengan dinamika global. Di dalamnya juga terdapat
proses akselerasi—mempercepat capaian, termasuk reputasi internasional UMS,”
paparnya.
Konsep ini akan difokuskan
pada upaya menjadikan UMS sebagai World Class University sekaligus World Class
University Leader Market. Proses transformasi tersebut menyentuh berbagai
aspek, mulai dari input, proses, output, hingga outcome, dan ditopang oleh
pendekatan pengembangan yang bersifat spiral dinamis.
“UMS tidak sekadar
membantu perguruan tinggi lain dalam lingkup Persyarikatan seperti UMKT atau UM
Madiun, tapi juga mendorong terjadinya manfaat yang berkelanjutan. Ini semacam
spiral kebaikan, yang akan menguatkan reputasi UMS sebagai poros keunggulan,”
tambahnya.
Harun juga menekankan
pentingnya dinamisasi kampus, yang ditandai dengan peningkatan jenjang studi,
kolaborasi internasional, serta penguatan kapasitas dosen dan mahasiswa. Dalam
waktu dekat, UMS menargetkan bertambahnya program studi doktor dari delapan
menjadi sebelas program studi doktoral, menjadikan UMS sebagai penyelenggara
pendidikan tinggi paripurna, mulai dari jenjang sarjana hingga doktor.
“Dalam empat tahun
terakhir, UMS berhasil menambah program studi doktor dari dua menjadi delapan.
Ke depan kita targetkan minimal sebelas. Ini bentuk akselerasi vertikal menuju
kampus paripurna,” jelasnya.
Dari sisi
internasionalisasi, Harun menekankan pentingnya diversifikasi negara tujuan
mahasiswa outbound dan asal mahasiswa inbound. Tidak hanya berorientasi pada
kuantitas, UMS ingin memperluas sebaran pengalaman mahasiswa ke berbagai
belahan dunia.
“Kalau dulu studi lanjut
hanya ke satu dua negara, kini harus lebih beragam: ada yang ke Eropa, Asia,
bahkan Timur Tengah. Begitu juga inbound, mahasiswa dari berbagai benua harus
hadir di UMS,” terangnya.
Dalam akhir pernyataannya,
Harun menyampaikan harapan sekaligus ajakan kepada seluruh sivitas akademika
UMS dan masyarakat luas.
“Atas amanah ini, mari
kita semua—dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, dan seluruh elemen
Persyarikatan—berjamaah dan bersinergi untuk mengembangkan dan mengakselerasi
reputasi UMS di tingkat nasional maupun internasional. UMS harus menjadi
universitas yang bermanfaat lebih luas untuk umat dan kemanusiaan,” pungkasnya.